OBESITYANDDIABETES – Makanan dingin untuk diabetes kini mulai menarik perhatian karena diyakini bisa menurunkan indeks glikemik. Sebagian orang mungkin belum menyadari bahwa suhu makanan bisa memengaruhi respons gula darah. Topik ini semakin ramai diperbincangkan karena dikaitkan dengan potensi menjaga kadar gula darah tetap stabil. Apa benar makanan dingin bisa membantu? Dan apakah ini bermanfaat bagi penderita diabetes dan obesitas?
Mengenal Indeks Glikemik dan Dampaknya pada Gula Darah
Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan seberapa cepat karbohidrat dalam makanan meningkatkan kadar gula darah setelah dikonsumsi. Makanan dengan indeks glikemik tinggi menyebabkan lonjakan gula darah yang tajam, sedangkan makanan dengan IG rendah cenderung melepaskan glukosa lebih lambat dan stabil.
Penderita diabetes dan mereka yang mengalami obesitas sangat dianjurkan mengonsumsi makanan dengan IG rendah. Karena itu, berbagai cara dilakukan untuk menurunkan IG suatu makanan—mulai dari menambahkan serat, lemak sehat, hingga yang paling menarik: mendinginkan makanan.
Makanan Dingin dan Pembentukan Pati Resisten
Ketika makanan tinggi karbohidrat seperti nasi, kentang, atau pasta dimasak dan kemudian didinginkan, terjadi proses yang disebut retrogradasi pati. Proses ini mengubah sebagian pati menjadi bentuk yang lebih sulit dicerna, yaitu resistant starch atau pati resisten.
Pati resisten tidak diserap sepenuhnya di usus halus, melainkan difermentasi di usus besar. Karena tidak langsung diubah menjadi glukosa, makanan yang mengandung pati resisten memiliki efek lebih ringan terhadap peningkatan gula darah. Inilah alasan mengapa makanan dingin sering disebut memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibanding saat masih hangat atau baru dimasak.
Contoh Makanan Dingin yang Mengandung Pati Resisten
Nasi putih yang baru dimasak memiliki indeks glikemik tinggi. Namun, jika nasi itu disimpan di lemari es selama beberapa jam atau semalaman, sebagian patinya akan berubah menjadi bentuk resisten. Ketika nasi tersebut dikonsumsi dalam kondisi dingin atau setelah dipanaskan kembali, lonjakan gula darah cenderung lebih rendah dibanding nasi hangat yang baru matang.
Hal serupa juga berlaku untuk kentang rebus atau kukus, serta pasta gandum. Dengan menyimpannya di suhu dingin setelah dimasak, makanan ini akan mengandung lebih banyak pati resisten. Penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa darah setelah makan bisa menurun secara signifikan ketika seseorang mengonsumsi kentang dingin dibanding kentang hangat.
Makanan Dingin untuk Diabetes: Haruskah Dicoba?
Penderita diabetes dan obesitas bisa mempertimbangkan metode ini sebagai bagian dari pengelolaan pola makan. Mengonsumsi makanan dingin yang mengandung pati resisten dapat membantu menjaga kestabilan gula darah, memberi rasa kenyang lebih lama, dan mendukung kesehatan usus.
Namun, penting untuk tetap memperhatikan keseluruhan pola makan. Menurunkan indeks glikemik dengan cara mendinginkan makanan tidak bisa menggantikan prinsip dasar gizi sehat, seperti membatasi konsumsi gula tambahan, memperbanyak serat, dan mengontrol porsi.
Selain itu, tidak semua orang cocok mengonsumsi makanan dingin dalam arti harfiah. Beberapa orang mungkin lebih nyaman menghangatkan kembali makanan. Untungnya, sebagian besar pati resisten tetap bertahan meskipun makanan tersebut dipanaskan kembali secara ringan.
Kesimpulan
Makanan dingin memang bisa menurunkan indeks glikemik berkat pembentukan pati resisten. Metode ini dapat membantu mengelola gula darah lebih stabil, terutama bagi penderita diabetes dan obesitas. Meski begitu, cara ini sebaiknya dikombinasikan dengan prinsip makan sehat lainnya agar hasilnya optimal. Jadi, jika kamu terbiasa menyimpan sisa nasi atau kentang di kulkas, bisa jadi kamu sedang melakukan strategi kecil yang berdampak besar untuk kesehatanmu.